Blog amatiran dari seorang pengkhayal berat yang amatir, hheheheh.

it's just for share my view or sekedar curhat aja :D

Jumat, 17 Juni 2011

Tangisan Batin Luli (╥_╥)

    Luli adalah seorang gadis berjilbab yang sangat penurut, ia adalah putri pertama dari pasangan seorang ulama, ayahnya adalah seorang guru besar di sebuah pesantren di daerahnya, sedangkan ibunya memang bukan guru besar pula, ibunya adalah seorang tokoh masyarakat yang sering di elu-elukan karena kepiawayannya dalam segala bidang, dalam bahasa modernnya multitalent.
    Luli adalah anak yang cantik, cerdas, juga aktif, bahkan iapun menjadi seorang guru bahasa asing di sebuah tempat kursus, padahal ia baru saja duduk di kelas X disebuah sekolah negeri. Selama ini, sekitar 15 tahun aku selalu bersamanya, ya.. karena dari bayipun kami sudah bersama(katanya), kami bersekolah di tempat berbeda, tapi kami selalu bersama, bertemu dalam pengajian rutin yang selalu kami ikuti, atau berkunjung untuk sekedar bermain bersama. Aku senang mempunyai sepupu dan sahabat seperti Luli, ia baik, manis, gamisnya yang selalu melekat pada tubuhnya yang berisi, juga kerudungnya yang selalu menutupi rambut indahnya.
    Tapi akhir-akhir ini Luli tak pernah kulihat datang untuk mengikuti pengajian seperti biasanya, bahkan sekedar untuk solat berjama'ah di mesjid, satu hari dua hari, aku masih memakluminya, kupikir Luli sedang kecapaian atau apalah, tak terasa, dua bulan sudah Luli tak mengaji, ku dengar ia mempunyai masalah dengan salah satu anggota di pengajian, ia malas meladeninya. Hingga pada suatu pagi yang cerah, aku memutuskan untuk menemui dan menanyakan perihal itu pada Luli.
    Setelah sampai dirumah Luli, samar-samar aku mendengar seseorang yang sedang membentak, aku melihat Luli tertunduk lesu dengan posisi terduduk, sedangkan uwaku, ayahnya Luli berdiri dengan mantap sembari membaha sebuah cambuk.
"Terus saja, saya membiayaimu dari sejak kamu lahir sampai sekarang, tapi apa balas budimu? ini? pembangkangan yang diam-diam kau lakukan, bodoh!? saya ini adalah seorang guru besar, saya menasehati khalayak seperti mempertontonkan pantat saya, tapi apa yang kamu lakukan?? untuk apa saya membiayaimu, mulai besok kau berhenti sekolah dan membangkailah kau dirumah!". Cambuk itu tepat didaratkan pada punggung Luli, Luli tak berkutik, ia terdiam dan pergi.
    Aku diam melamun didepan pintu kamar Luli yang berada diluar rumah, tak lama Luli datang, ia tersenyum tipis padaku, lalu ia mengajakku masuk, ia tak menangis juga tak mengaduh kesakitan karena cambukan itu, tapi terlihat jelas dimatanya bahwa ia menyimpan kesedihan yang begitu dalam.
"Emhh, aku tau kau mendengar semua yang dikatakan ayah tadi, kau jangan kaget, aku selalu mendapatkan hal seperti itu setiap hari dari sejak ibu pergi, mungkin kau baru mengetahuinya sekarang, tapi inilah aku.. selama 6 tahun aku mendapatkan perlakuan seperti itu, aku hanya membuat sebuah kegaduhan dan mengutarakan pendapatku.." serunya tiba-tiba, ia tersenyum tipis sambil beranjak menuju komputernya, dan membuka sebuah akun di dunia maya, kulihat Luli menuliskan kata-kata yang membuatku mengerti, lebih dari cukup.


  LuliArdeana say's : _ everthings gonna get better, i'm ordinary girl, aku membenci "TOPENG" dan "PEDANG", mereka akan mer asakan semua yang kurasakan, buat temen-temen.. make some noise!! _

Aku membacanya terbata-bata, aku tak menanyakan apa-apa pada Luli, aku hanya terdiam membisu.
    Esok harinya, aku melihat Luli tak pergi untuk bersekolah, ia mengaji dari jadwal pertama hari itu sampai akhir jadwal, setiap hari selama dua minggu aku melihatnya, aku tak bisa berbuat banyak, aku hanya bisa mengatakan sesuatu yang harusnya selalu kulakukan_sabar_ . Tapi.. sesuatu tewrjadi pada suatu malam saat tiba waktu untuk makan malam, Luli tak ada, ia tak menampakkan batang hidungnya di dapur pesantren. Kami tak begitu khawatir, karena memang Luli jarang sekali makan malam. Tapi..
    Saat shubuh tibapun, Luli tak ada solat berjama'ah, kami mencoba mengetuk pintu kamarnya, atapi tak ada jawaban,akhirnya ayah Luli memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Luli, dan... Luli tak ada dikamaranya, ia pergi entah kemana, kami mencoba mencarinya kemana-mana, ia adalah anak emas di daerah kami, sampai saat ini tak ada kabar tentang Luli yang pergi dan hanya meninggalkan sepucuk surat dengan kata-kata yang menegaskan perasaannya, tanpa ada kalimat yang menjadi petunjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar